404 Not Found


nginx/1.18.0 (Ubuntu)
Ibadah Puasa Ramadhan, Mengantarkan Manusia Kembali Kedalam Fitrah Kesucian - SUARA KOMUNITAS
13/05/2021

Santong Mulia (SanMu),– Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, kini telah berlalu. Pada momen Idul Fitri ini, manusia lahir dalam kesucian dengan kemenangan bagi orang- orang yang mampu menjalankan puasanya. Demikian yang dikatakan Sumarto, Penghulu Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang dalam pengantar khutbahnya usai menjalankan ibadah sholat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H bertempat di Mesjid setempat.

Sumarto, Penghulu Mesjid Baiturrahim

Dalam khutbahnya tersebut, Sumarto  menjelaskan, menurut pandangan Islam setiap manusia yang lahir di muka bumi ini dalam keadaan fitrah yakni asal kejadian yang suci dan murni. Manusia terlahir dalam keadaan bersih tanpa mempunyai dosa, walaupun orangtua yang melahirkannya mungkin telah berbuat dosa.

Dalam Islam tidak dikenal adanya dosa warisan, sehingga orangtua yang telah berdosa kemudian membagikan dosanya kepada anak keturunannya sebagai ahli waris. Atau seseorang merasa telah mendapatkan warisan dosa yang banyak dari orangtuanya sehingga menjadikan dirinya berputus asa dari rahmat Allah.

Kata fitrah, jelasnya, menurut bahasa berarti penciptaan atau kejadian, sehingga fitrah manusia adalah kejadian sejak awal kedatangannya ke dunia atau bawaan sejak lahir.

Kata fitrah ini terdapat dalam Al Qur’an surat Ar Rum ayat 30, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Kata ‘fitrah Allah’ pada ayat ini maksudnya adalah ciptaan Allah. Melalui ayat ini dapat dipahami pula bahwa manusia dilahirkan dengan naluri keimanan kepada Allah dan siap menerima Islam dalam penciptaannya.

Sumarto, Penghulu Mesjid Baiturrahim

Dikatakan, manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya. Maka kalau ada orang yang tidak beragama tauhid, sesungguhnya itu tidak wajar. Biasanya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).

Dihadapan jamaah Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang, Sumarto mengajak semua jamaah untuk senantiasa menempatkan wujud syukur karena kembali ke fitrah sebagai manusia yang suci. Hal ini bisa diraih setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Selain itu, katanya, hati memegang peranan penting dalam menggerakkan seseorang untuk berbuat baik, ataupun berbuat dosa. Oleh karena itu, hati manusia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu hati yang sehat (qolbun salim), hati yang sakit (qolbun maridh) dan hati yang mati (qolbun mayyit).

Bagi orang yang memiliki hati yang sehat sungguh sangat beruntung karena ia akan banyak melakukan amal kebaikan yang mendatangkan pahala. Sebaliknya sangat merugilah orang yang hatinya sakit atau hatinya mati karena ia akan terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan jelek dan tercela yang mendatangkan dosa.

Jama’ah Akhwat

Oleh karena itu, untuk menjaga fitrah manusia agar senantiasa terbebas dari dosa, Allah swt telah menjanjikan akan menghapus dosa yang telah dilakukan hambanya. Sebagaimana berita gembira yang disampaikan Rasulullah saw, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari).

“Mudah-mudahan ibadah puasa ramadhan yang kita lakukan ini diterima oleh Allah swt, sehingga menjadikan terhapusnya dosa-dosa yang pernah kita lakukan dan mengantarkan kita kembali kedalam fitrah kesucian,”asanya.

Sementara itu, Ketua Remaja Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang Asrudin, usai pelaksanaan Sholat Idul Fitri ketika ditanya ia mengatakan, orang yang fitrah sesungguhnya adalah orang yang mampu membentengi diri dari godaan-godaan yang tidak baik. Ia menyebutkan, memahami fitrah manusia sejatinya juga menyadari akan hakikat dirinya. Allah SWT telah memberi kepercayaan kepada manusia untuk memegang tugas kehambaan dan tugas kekhalifahan. Sebagai hamba, manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS al-Dzariyat 56).

Salam – Salaman

Jadi, katanya, ayat tersebut secara tegas dikatakan bahwa manusia merupakan yang diciptakan sedangkan Tuhan sebagai yang menciptakan. Keterciptaan manusia ini membuat keharusan bagi manusia untuk beribadah, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan.

Perlu diingat, lanjut Asrudin, bentuk-bentuk kehambaan ini memiliki muatan dan fungsi-fungsi sosial yang perlu diimplementasikan secara sosial. Sebab, yang membutuhkan penyembahan manusia bukanlah Tuhan, tetapi manusia itu sendiri. Tuhan bukanlah Dzat yang memiliki kebutuhan, oleh karenanya Dia tidak bersifat kurang. Akan tetapi, justeru manusialah yang membutuhkan akan makna sosial dari bentuk-bentuk kehambaan ini. Oleh karena itu, katanya, orang yang berhasil dalam beribadah adalah orang yang mampu memanivestasikan muatan dari praktek ibadah itu dalam ranah sosial.

Tradisi bawa dulang – wujud syukur

Kepala Dusun Lokok Sutrang Ariandi ditemui usai sholat Id berharap dan mengajak jamaah untuk kembali meninggalkan hall-hal yang buruk untuk kembali ke fitrah sebagai manusia yang membuka lembaran kehidupan yang baru. “Insyaallah, setiap kita pasti mampu untuk meraihnya, asalkan ikhlas untuk menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan makna dari ibadah puasa yang telah kita lakukan,”tandasnya.

Sebagaimana biasanya, usai pelaksanaan Sholat Idul Fitri, dilanjutkan dengan tradisi salam-salaman. Kemudian ditutup dengan kegiatan makan bersama seluruh jamaah di pelataran Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang Desa Santong Mulia Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara.(eko)

Tagged on:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

 

kartal escort pendik escort sex hikaye