Kayangan, (SK), – Pondok Pesantren Nurul Islam Kayangan Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara (KLU) memperingati Hari Guru Nasional (HGN) dengan menggelar ucapara apel bendera di halaman Madrasah setempat, Kamis (25/11).

Dalam upacara ini, turut hadir jajaran Kemenag Lombok Utara, Camat Kayangan dan diikuti seluruh pengurus yayasan, pengurus komite, dewan guru, tenaga kependidikan dan seluruh siswa-siswi MA, MTs dan RA yang bernaung di bawah Yayasan Pondok Pesantren Nurul Islam Kayangan. Ust.Najamudin,S.Pd, Ustazah Sumarni,S.Pd dan Ust.M.Tahir adalah tiga orang sosok guru yang saban hari selalu kebagian tugas sebagai Pengibar Bendera Merah Putih, dan selalu tampil dengan sikap gerakan tegap dan disiplin penuh semangat terpancar dari wajah mereka saat beraksi.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lombok Utara yang diwakili Pengawas Madrasah Akhmad Zaini yang bertindak sebagai inspektur upacara dalam sambutannya mengatakan, bahwa tanggal 25 November selalu diperingati sebagai Hari Guru Nasional di Indonesia, dan tahun ini merupakan peringatan ke-76. Tujuan diperingatinya Hari Guru ini adalah untuk memberikan penghargaan dan dedikasi kepada seluruh pahlawan tanpa tanda jasa di Indonesia.

Dikatakan, Peringatan Hari Guru Nasional dirayakan setiap satu tahun sekali, yakni pada tanggal 25 November memiliki sejarah yang panjang.Tanggal itu pun ditetapkan sebagai peringatan Hari Guru Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994.
“Peringatan ini tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),”tandasnya, seraya menambahkan lantas bagaimana sejarah Hari Guru Nasional ini bisa diperingati tanggal 25 November setiap tahunnya.

Selanjutnya Akhmad Zaini menjelaskan, sebelum bernama PGRI, awalnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang berdiri pada tahun 1912. Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Pada tahun 1932, jelasnya, nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Akhmad Zaini yang sudah dua kali didampuk sebagai inspektur upacara pada momen yang sama sebelumnya ini menyebutkan, zaman pendudukan Jepang, segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, hingga Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Lalu, semangat proklamasi 17 Agustus 1945 mendorong penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta.
Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan.
Kemudian pada tanggal 25 November 1945, seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tahun.
Sementara itu, Kepala Madrasah Aliah Nurul Islam Kayangan Murdianto mengatakan, Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang juga berbarengan dengan HUT PGRI ini dilaksanakan untuk mengapresiasi seluruh guru di Bumi Pertiwi tanpa terkecuali, menggaungkan kembali hak-hak mereka, serta mengajak kita semua untuk kian peduli dengan pendidikan.”Ya, sejatinya jalannya pendidikan di Indonesia tidaklah cukup hanya dengan para guru semata. Orang tua juga punya kewajiban membimbing anaknya saat di rumah,”katanya.
Murdiyanto juga menyebutkan, bahwa sejatinya juga masyarakat diharapkan pula ikut serta dalam mendukung sekolah di daerah mereka untuk berkembang menuju kemajuan. “Seperti halnya di Madrasah Nurul Islam Kayangan ini,”sebutnya.

Ia mengingatkan, tiada terasa, peringatan yang berbarengan dengan didirikannya organisasi PGRI ini sekarang sudah bertambah tua.76 tahun sudah hadir menyapa guru serta segenap pelaku pendidikan lainnya. 76 tahun sudah hadir berupaya untuk mengapresiasi para guru dan memenuhi hak mereka. Namun, pada hampir dua tahun terakhir ini Wajah Pendidikan Indonesia sedikit kusam dan lebih mengerut daripada tahun-tahun sebelumnya sebagai imbas tamparan pandemi Corona.
Wabah tersebut adalah ujian nyata bukan hanya bagi eksisitensi pendidikan di Indonesia, bil khusus di Madrasah ini, melainkan pula di dunia. Alhasil, mau tidak mau, suka dan tidak suka, segenap guru harus berupaya untuk beradaptasi dengan situasi, kondisi, serta sistem belajar-mengajar. Darinya, lahirlah sistem pembelajaran daring, sistem pembelajaran jarak jauh, hinggalah pembelajaran tatap muka dengan kondisi terbatas maupun penuh.
Murdiyanto yang merupakan putra asli Kayangan ini mengingatkan kepada para guru dan orang tua santri,© terasa atau tidak, pandemi adalah ujian hebat yang mengajak kita untuk memetik hikmah terkait dengan pendidikan.Sekarang, para orang tua semakin sadar akan pentingnya membimbing anak di rumah. Para guru semakin sadar akan pentingnya teknologi sebagai akselerator pendidikan, dan semua orang mungkin sudah mulai sadar bahwa pendidikan adalah investasi berharga di dunia pendidikan.

Senada dengan Murdiyanto, Pembina OSIM Ponpes Nurul Islam Kayangan Ust.Najamudin mengatakan, berangkat dari kesadaran bahwa pendidikan adalah investasi berharga di dunia pendidikan tersebut, ia mengajak para guru harus bangkit. Entah itu sekolah pelosok maupun kota, entah itu sekolah ujung maupun di tepi jalan, masing-masing dari guru perlu saling mendukung, berkolaborasi, serta bersinergi untuk memulihkan pendidikan di negeri ini.
“Para guru sekarang sedang berjuang mewujudkan merdeka belajar, merdeka mengajar, serta menjalankan amanah mengarahkan para generasi penerus bangsa menuju pelajar yang berprofil Pancasila,”tandasnya.
Pada momen hari guru kali ini di Ponpes Nurul Islam Kayangan, jajaran Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) menggelar berbagai kegiatan, diantaranya adalah lomba cipta menu, tarung bela diri Teratai dan hadrah. “Ya, pada peringatan hari guru tahun ini, kami menggelar beberapa kegiatan lomba antar kelas di dua lembaga dibawah naungan Ponpes Nurul Islam Kayangan,”kata Ketua OSIM Fika Yusmi.
“Pada momentum yang berbahagia ini, saya dan pengurus OSIM Ponpes Nurul Islam Kayangan dengan tulus mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional yang ke-76 Tahun 2021. Bergeraklah dengan dan dari hati, lalu bersatu demi pulihnya pendidikan di daerah ini,”tutupnya.(eko)